Wednesday, June 21, 2017
Diary #39 - Mujahadah
Mujahadah...
Sebuah kata yang maknanya jauh lebih besar dari sebuah kata kerja. Karena sesungguhnya mujahadah bukanlah kata kerja, melainkan sebuah rasa dalam berjuang dan bergerak. Mengisi setiap tarikan nafas dengan semangat lillah, menikmatinya dengan penuh kesungguhan, menjalaninya dengan penuh kemaksimalan dan menghembuskannya dengan penuh keikhlasan. Melakukannya di setiap saat tanpa memikirkan dimana, kapan, sedang apa, dan bersama siapa. Semuanya mengalir dan dapat kita rasakan hikmah dan manfaatnya.
Sungguh dengan bermujahadah kita akan tergolong pada hambanya yang terpilih. Kalau sudah menjadi hamba pilihan Allah, apa sih yang enggak ? ketenangan, kedamaian, keselamatan dan keberkahan akan senantiasa tercurahkan kepada kita, yang semua itu lebih berharga dari nilai sebuah materi dunia
Allah berfirman dalam Qs. Al Hajj ayat 78 :
Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.
Memahami ayat tersebut sudah sangat jelas, bahwa kita yang saat ini mengaku muslim dan mukmin sudah seharusnyalah bangga dan menunjukkan rasa bela kita, daya juang kita dalam menegakkan kalimatullah, menyampaikan kebenaran, menebarkan kebaikan dan keselamatan bagi sesama.
Saya masih ingat pesan Bapak saat mengisi pengajian dan nasehat Ibuk disela sela membereskan pekerjaan rumah, "kita ini hanyalah hamba, sudah semestinyalah menghamba, mentaati segala perintah dan menjauhi larangan Rabbnya, kita bisa menjadi mulia bukan dengan materi dunia tapi dengan ngaji, dengan agama kita bisa mencapat derajat taqwa. Wa insyaallah dengan bekal taqwa kita bisa meraih surga"
Kita harus senantiasa yakin dan bangga bahwa kita adalah seorang muslim. Seorang muslim harus punya ghiroh untuk berjihad, bermujahadah dalam mendekatkan diri kepada Allah dengan amal perbuatan kita. Siapapun diri kita, pelajar, mahasiswa, guru, dosen, ibu rumah tangga, petani, pegawai kantor, wartawan, dll...
"Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan maka Allah akan memahamkan baginya agama islam" (HR. Bukhori & Muslim)
Kita harus bersyukur bahwa kita telah dianugrahkan nikmat islam dan iman, maka kita harus bermujahadah, bersungguh sungguh dan beristiqomah dalam menjalaninya. Insyaallah dengan kita bermujahadah Allah akan senantiasa menunjukkan jalan kebaikan kepada kita. Setingkat demi setingkat, Allah muliakan kita dengan ilmu dan amal sholeh (taqwa).
Wa qodarullah ada sedikit hikmah dari makna mujahadah yang pernah saya alami, rasa yakin saya tentang makna mujahadah berawal saat saya masih SMP. Disaat saya mulai menemani Bapak mengisi pengajian di kampung kampung. Disaat teman teman saya sibuk menyiapkan segala tugas dan ulangan, saya harus ikhlas menemani Bapak mengisi pengajian, mengorbankan beberapa jam waktu saya untuk fiisabilillah, lalu berikhtiar dengan sisa waktu yang ada untuk belajar. Memang saat itu sedikit terasa sulit bagi saya untuk menjalaninya, namun Allah memberikan jawabannya.
“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa,” (QS. Al Hajj ayat 40)
Alhamdulillah tidak pernah saya menjumpai nilai saya jelek. Justru kebalikannya, hati saya selalu tenang dan semakin bangga dengan keislaman saya. Dengan mengaji saya tidak hanya faham ilmu dunia tapi saya lebih bisa memaknai ilmu dunia dengan agama, sehingga dapat merubah akhlak dan amal perbuatan saya.
Semenjak itulah saya semakin aktif dalam perjuangan jihad fiisabiilillah, menghidupkan masjid, melakukan kegiatan dengan pemuda masjid, nderekke ustadz mengisi pengajian, piket majlis, piket masak untuk ikhram dan lain sebagainya...
Sampai pada akhirnya saya harus memilih pilihan yang begitu berat, antara meneruskan semangat saya untuk tafaqohu fiddin atau mengikuti arahan Bapak Ibuk untuk kuliah mengingat saya anak pertama tumpuan dan contoh adik adik saya dan akhirnya saya memilih saran orang tua untuk tetap kuliah. Walhamdulillah lewat jalur ujian tulis Allah mengizinkan saya untuk kuliah di UGM dan Allah memilihkan saya kota yang cocok dengan semangat saya, semangat dakwah. Di kota inilah banyak lahir pemimpin pemimpin besar majlis saya dan bangsa ini. Menurut cerita salah satu ustadz, dulu lahirnya pengajian di Jogja adalah berawal dari kelompok mahasiswa. Semangatnya tak lain adalah semangat mujahadah dalam dakwah. 10 % kuliah dan 90 % ngaji dan dakwah.
Begitulah mujahadah, selalu indah pada masanya.
Mendidik kita menjadi pribadi yang kuat dalam berjuang fiisabilillah.
Alhamdulillah selama 5 tahun lebih tinggal di Jogja Allah senantiasa membimbing jalan untuk senantiasa aktif dalam dakwah. Baik di kemajlisan, kepemudaan, pembinaan tpa, tahsinul qur'an hingga mengurusi perihal rintisan sekolah.
Disaat kita mau berproses dengan sungguh sungguh maka hasil terbaik pun akan mengikuti dan Allah tidak akan membebani hambanya diluar kemampuannya. Justru semakin kita bersemangat mendekat kepada kebaikan, maka kebaikan kebaikan lainnyapun akan semakin mudah kita dapatkan. Seperti halnya disaat Kegiatan Nafar Ramadhan kemarin. Adalah bukti bahwa mujahadah akan berbuah indah. Disaat yang lain sibuk bekerja dan sorenya beristirahat, bermain bersama keluarga, Allah menunjukkan jalan dan memberi jalan bagi saya untuk dapat mengikuti nafar Ramadhan dengan berbagai kegaitannya, kajian, kelompok, hafalan, semakan, memasak, isian, dan anjangsana. Sampai tiba suatu hari saya mendapat undangan buka bersama reuni teman teman kuliah di sebuah hotel megah di Yogyakarta. Awalnya saya berfikir subhanallah, kesempatan berharga ini bisa berkumpul bersilaturahmi dengan teman teman semasa perkuliahan dulu. Tapi Alhamdulillah, Allah menguatkan saya untuk tetap meluruskan niat, memperbaiki niat bahwa saya mengikuti Nafar adalah untuk tafaqohu fiddin, maka harus mujahadah, tidak boleh goyah, harus sungguh sungguh mengikutinya.
Qodarullah saya bersama ketua rombongan mendapat tugas untuk mengisi di salah satu binaan dan cabang di sekitar Pakem, yaitu binaan ibu - ibu dan cabang Ngemplak. Subhanallah, Allah memilihkan jalan yang jauh lebih mulia dengan mengaji. Menghadiri majlis ilmu, bersilaturahmi bersama saudara seiman, seperjuangan. Dengan isian tersebut saya jadi mengenal, memahami dan muncul rasa empati, dorongan untuk membantu menghidupkan majlis ilmunya. Sebuah Cabang yang masih awal dengan peserta tidak lebih dari 40 orang yang hanya ada 1 atau 2 anak mudanya. Ingin sekali rasanya membersamai memajukan majlis ini. Sejenak ku terbayang "kita" bisa bersama sama memajukan majlis ilmu ini, menjadikan ladang amal baru bagi hidup kita. Kemudian tanpa ragu selepas pengajian saya langsung bertemu dengan ketua cabangnya dan menyampaikan niatan saya untuk bergabung bersama jama'ah ngaji di cabang Ngemplak tersebut. Subahanallah, pancaran kebahagiaan begitu terpancar di wajah beliau mendengar niat baik saya tersebut, semua menyambut suka cita dan berharap dapat bertemu kembali dan mengaji bersama. Alhamdulillah, bertambahlah ladang amal ini, membantu cabang baru untuk dapat istiqomah dalam mengaji dan memajukan majlisnya menjadi majlis ilmu yang barokah.
Satu hal yang menjadi prinsip saya untuk dapat bertahan sejauh ini adalah "Lillah" bahwa apa yang saya pelajari dan saya lakukan haruslah dilakukan untuk Allah, melibatkan Allah dalam setiap langkah mujahadah, mengusahakan segala sesuatu yang bermanfaat bagi sesama. Karena sebaik baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi sesama. Yakinlah, bersama Allah segala sesuatuanya akan ringan. Meskipun tiada waktu yang cukup untuk istirahat, ketahuilah bahwa dunia memang bukanlah tempat untuk istirahat, dunia adalah medan jihad kita untuk bermujahadah mengabdikan diri kita kepada Allah lewat jalan yang kita bisa.
Alhamdulillah berkat bimbingan Allah saya dapat beristiqomah dalam mujahadah. Rasa syukur semakin bulat dengan dipertemukannya saya dengan teman teman luar biasa dari JogjaJE (Jama'ah Excellent) yang memiliki banyak bakat dan minat. Selalu menyemangati saya dikala futur, memberikan banyak inspirasi dan ruang berdiskusi untuk kemajuan dakwah islam. Selain itu juga di kenalkan pada teman teman yang luar biasa, memiliki visi yang sama, memiliki daya juang (ghiroh) dalam dakwah. Semoga harapan dan doa saya untuk dapat terus berkarya dan mengabdi bersama dapat terwujud. Sehingga surga dunia yang kita (kita ? iya kita.... ^_^) impikan dapat tercapai. Dan dapat dikumpulkan kembali di surgaNya yang sesungguhnya kelak.
Aamiin ya Rabb
Yogyakarta, 22/6/2017 - AM
Labels:
Muslim Diary
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment