Assalamu'alaikum ^_^

Yuk kita perbanyak membaca buku dan mendengarkan kajian, Let's Fastabiqul khoirot !

Friday, December 30, 2016

Qs. Al Baqarah ayat 164




Qs. As Sajdah ayat 16-17



Kemuliaan Seorang Mukmin itu dengan Mendirikan Sholat Malam 

Qs. Al Isra' ayat 26-27



Janganlah Menghambur - hamburkan Hartamu

Qs. Al Isra' ayat 23 - 24



Berbuat Baik Kepada Allah Subhanahu Wata'alaa

Qs. Al Baqarah ayat 255



Kuasa Allah Subhanahu wata'alaa

Materi #11 - Buku Setoran Hafalan Juz 'Amma


Diary #9 - Rumah


Kantor Majelis Tafsir Al Qur'an Perwakilan DIY Tahun 2016
Asrama Ibadurrahman JOGJAJE



Kantor Majelis Tafsir Al Qur'an Perwakilan DIY Tahun 2016
Asrama Ibadurrahman JOGJAJE

Negara bilang bahwa "Setiap orang berhak hidup sejahtera lahi dan batin , bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan kebutuhan dasar manusia dan yang mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri dan produktif.

Aku bukan tidak setuju, dengan pernyataan tentang itu, Tetapi...
Tak hanya itu, rumah bagiku adalah tempat asal muasal segala apa tercipta.
Sangat lebih dari hanya sekedar hunian dan tempat aman.
Mimpi-mimpi baru yang diharapkan sedemikian rupa.
Kejadian apapun yang memberikan banyak pelajaran.
Pemahaman hal hal baru.
Pemaknaan atas hidup.
Kebeersamaan dalam keterbatasan.

Adalah rumah rindu-rindu itu membentuk ranu.
Adalah rumah, tempat segala mimpi menggunung.
Adalah rumah, tempat telinga selebar semesta.
Adalah rumah, tempat bicara dari hal satu sampai ke hal - hal yang tak pernah kau tahu.
Adalah rumah. tempat mengirim lelah.
Adalah rumah, tempat kembali dan titik pergi.
Adalah rumah, tempat memulihkan energi.
Adalah tempat aku pulang.

Kamu ?
Rumah, bukan ?
Hunian, bukan ?
Lalu, kompas seketika tak menunjukkan kemana.
Hingga, aku tak tau kemana lagi arah pergi.

Kamulah rumahku surgaku. Asramaku.

Source : IG ftmufar (Muhammad Farid - Ibadurrahman Crew)

Diary #10 - Makna Pencarian dalam Menentukan Arah


Pernah mengalaminya ? sama seperti saat kita sedang kebingungan mencari jam tangan yang kita lupa meletakkannya dimana, misalnya. Kemudian kita mencari ke seluruh penjuru rumah. bahkan sudah kita bongkartas - tas, laci meja, dan isi kamar tetap saja tidak menemukannya. Lalu setelah 
proses panjang itu, saat kita meluruskan kaki, eeeh... tiba - tiba saja jam tangan itu ada
 di bantal ! Pencarian itu tiga puluh persen usaha, tujuh puluh persen 
kehendakNya untuk mempertemukan.

Aku pernah mencari, kemudian hilang arah karena aku tak tahu langkah mana yang kutuju. Hanya terus melaju tanpa tahu sebenarnya apa yang emnajdi alasanku.

Aku pernah mencari, tapi berkali-kali berujung dengan lengan lengan yang memeluk diriku sendiri. Mendadak semuanya bagai sepi yang diam-diam menenggelamkan. Satu persatu pergi dan aku muali sadar bahwa mungkin aku sedang diuji dengan orang orang yang tampak akan tinggal selamanya, tapi ternyata meninggalkan.

Aku pernah mencari, berlari pada semua yang terlihat baik. Kemudian sesal mendadak memenuhi ruang seperti udara. AKu melupa, bahwa yang terlihat sempurna belum tentu dapat menerima kita. Aku terlalu banyak melewatkan. Lalu aku harus bagaimana ?

Aku mengambil jeda. Mungkin selama ini, aku yang terlalu sibuk bertanya pada matahari bulan bintang, pada cerminan laut lepas, pada teduhnya awan, pada birunya langit yang tak pernah membuatku sakit, pada pijar lampu di larut malam, pada keramaian kota, pada derap sepatu yang tak henti beradu, tapi aku tak pernah bertanya pada penciptanya.

Aku mengambil jeda. Karena kurasa aku sudah dipenuhi ambisi yang membuatku berjalan dengan terburu buru. Mungkin selama ini aku terlalu fokus pada diriku sendiri, bukan pada apa yang sebenarnya ku cari.

Aku mengambil jeda. Selama ini aku lupa bahwa ada yang lebih berkuasa atas penemuan. Bahwa ada yang kehendaknya tak dapat dipatahkan. Bahwa jika kita melibatkanNya kita akan jauh lebih tenang.

Dan akhirnya aku berani mempertanyakan, baiknya apa yang kucari, Allah ? Bagaimana seharusnya aku melangkah, Allah ? 

Rupanya kamu tidak kemana-mana, justru aku yang begitu. Rupanya kamu tidak pergi jauh, justru aku yang berputar-putar di tempat yang salah. Rupanya rumusnya demikian, ketika aku mencarimu langsung pada yang menciptakanmu, aku dapat menemuimu.

Aku pernah mencari, kemudian berhentu.
Padamu.

Source : Menentukan Arah - Kurniawan Gunadi

Album Nasyid Favorit

Mencintai karena Allah ( Lillah, Fillah, Billah )

Thursday, December 29, 2016

Merawat Cinta Sampai Surga

Materi #12 - Belajar Gerakan Sholat



Materi ini mengajarkan anak untuk belajar urutan gerakan dalam Sholat 
atau rukun - rukun Sholat

Download Media Belajar :



Hikmah #8 - Mengemudi Hati di Jalan Lurus


"Ihdinash shiraathal mustaqim" Tunjukilah kami jalan yang lurus.

Tidak sah shalat kita tanpa membaca Surat Al Faatihah di tiap rakaatnya. Dan dalam senarai 7 ayat terdasyat ini, usai kita memuji Allah, memuliakan, dan mengagungkanNya, dengan tunduk kita menadah karuniaNya. Ialah doa kita agar Allah karuniakan petunjuk ke jalan yang lurus. Kita membacanya setiap hari sekurangnya 17 kali, sebab ialah doa terpenting, permohnan terpokok, dan paling utama.

Jalan yang lurus,

Terjemah itu mungkin membuat sebagian kita membayangkan bahwa jalan lurus itu bagus, halus dan mulus. Kita mengira bahwa shirathal mustaqim adalah titian yang gangsar dan tempuhan yang lancar. Kita menganggap bahwa ia adalah yang bebas hambatan dan tiada sesak, tanpa rintangan dan tiada onak. Kita menyangka bahwa di jalan itu, segala keinginan terkabul, setiap harapan mewujud, dan semua kemudahan dihamparkan.

Frasa "jalan yang lurus" membuat kita mengaharapkan jalur yang tanpa deru dan tanpa debu.

Maka kadang kita terlupa, bahwa penjelasan tentang jalan yang yang lurus itu tepat berada di ayat berikutnya. Jalan lurus itu adalah Jalan orang orang yang telah Ku beri nikmat. Bukan jalan orang orang yang Kumurkai dan bukan jalan mereka yang sesat.

Maka membentanglah Al Qur'anul Karim sepanjang 113 surat ba'da Al Faatihah untuk memaparkan bagi manusia jalan orang orang yang telah diberi nikmat itu. Ialah jalan Adam dan Hawa; jalan Nuh, Hud, dan Shalih; jalan Ibrahim hingga Yaqub sekeluarga; jalan Musa dan saudaranya; jalan DAwud dan putranya; jalan Ayyub dan Yunus; jalan Zakariyya dan Yahya; serta Maryam dan Isa. Jalan indah itu sesekali ditingkahi jalan mereka yang dimurka dan sesat; jalan Iblis dan Fir'aun hingga Samiri dan Qorun.

Kisah mereka berkelindan, mengulurkan makna-makna yang mengokohkan cipta, rasa serta karsa Sang Rosul terakhir dan ummatnya yang bungsu. Kisah mereka bertautan, emlahirkan artian-artian yang menguatkan iman dan perjuangan Sang Penutup rangkaian kenabian berserta para pengikutnya; menghadapi kekejaman Abu Jahl, kekejian Abu Lahab, keculasan Al -Ash ibn Wail, tuduhan Al Walid ibn Al Mughirah, dongengan An Nazhar ibn Harits, rayuan Utbah ibn Rabi'ah, cambukan Umayyah ibn Khalaf, hingga timpukan Uqbah ibn Abi Mu'ith.

Demikianlah Allah menunjukkan pada kita apa makna jalan lurus itu.

"Dan sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rabb kalian, maka sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus. (Qs. Maryam ayat 36)

Jalan lurus itu diikat oleh hakikat. Yakni beribadah hanya kepada Allah satu-satunya, tiada sekutu bagiNya. bahwa didalamnya ada nestapa dan derita, ia hanya menggenap bagi kebersamaan dan cinta. Bahwa didalamnya ada kehilangan dan duka, ia hanya penguat bagi sikap syukur dan menerima. Bahwa didalamnya ada pedih dan siksa ia hanya penyempurna bagi rasa nikmat dan mulia.

Tuesday, December 27, 2016

Kumpulan Maqolah Mutiara Islam #1





Karakter Muslim yang Kaffah







Hikmah #9 - Sudah Siapkah Kita Menikah ?


Resume Kajian Islam tentang Fiqih Munakahat

Nikah adalah ujian, bagi siapa ? 
bagi mereka yang mau menikah (bukan hanya bagi yang sudah menikah). 
Apa yang harus dilakukan orang ketika mau ujian ?
Tentunya akan serius belajar !
Maka fahamilah dulu bahwa seantero definisi nikah, definisi pertama yang harus kita ketahui adalah ujian. 
Ya... menikah adalah ujian.

Melihat kembali motifnya, apakah menikah itu keinginan atau kebutuhan ?
Jika ada seseorang menikah hanya karena "ingin", maka ia hanyalah seorang anak kecil yang ingin menikah. Namun  jika menjadi butuh, maka ia akan menganggapnya sebagai hal yang teramat serius, layaknya ada ujian mendadak, mukanya akan berubah menjadi lebih serius jika membicarakan tentang menikah.

Seorang muslimah sudah dianggap butuh menikah bukanlah dilihat dari usianya. Ada tiga hal yang dapat dijadikan parameter apakah seorang muslimah sudah layak / pantas / butrh menikah yaitu lihatlah hubungan dengan orang tuany (walinya). Perempuan yang shalihah dimata orang tuanya, patuh, taat, dan tawadhu', maka ia memang sudah sepantasnya menikah. Agar apa ?

Agar orang tua ikhlas dan ridho serta tenang melepas anak perempuannya. mengapa ?
karena ketika muslimah menikah maka baktinya dialihkan kepada suaminya dan bukan lagi kepada orang tunya. Pun ketika orang tuanya sakit dan suami tidak mengizinkan menjenguk, bakti pada suami adalah yang haruis didahulukan. Sejauh mana perilaku kesehariannya punya rasa ta'awun (mau menolong orang lain) yang tinggi.

Materi #13 - Aplikasi Sambung Huruf Hijaiyyah


Materi #14 - Aplikasi Belajar Hukum Tajwid


Before Tonight - Nahawan

Menjemput Bidadari - Redi Yudha

Monday, December 26, 2016

Hikmah #10 - Memaknai Keberkahan Hidup


Menurut Dr. Nashir ibnu Abdirrahman Al Juda'i dalam Tabarruk Anwa'uhu wa Ahkamuhu, "Makna dari berkah", adalah ats tsubuut (tetap) dan al luzuum (terus melekat)". Demikian pula beliau kutib dari Mu'jam Maqayisil Lughoh karya Ibn Faris bahwasanya lafadz baaraka memiliki satu arti asal yaitu tetap sesuatu. Kemudian lafadz ini berkembang menjadi beberapa turunan kata yang maknanya berbeda.

Imam dalam bidang Nahwu, AL Khalil ibn Ahmad menyatakan "Lafadz al barku digunakan untuk menggambarkan sekawanan unta yang menderum setelah minum di dekat wahah (telaga di tengah padang pasir)". Dengan dem,ikian, berkah adalah menetap dalam ketentraman seperti unta yang merasakan sejuk meski disekitar panas bersangatan.

Makna turunan selanjutnya dari berkah adalah an namaa' (berkembang) dan az ziyaadah (bertambah). Imam Ibn Duraid dalam Jamharatul Lughoh menyatakan bahwa jika dikatakan Laa baarakallahu fiihi artinya moga Allah tidak mengembangkannya. Maka berkah itu bagaikan pokok yang menghunjam ke akar, lalu ia tumbuh, batangnya bertambah dan cabangnya berlipat. Berkembanglah pula pucuk pucuknya menerbitkan bunga yang harum dan memunculkan buah yang ranum.

Jika bunga yang wangi dan buah yang manis itu berjumpa hati yang lembut, sampaikanlah kita ke makna ketiga dari berkah yakni as sa'aadah. Kita sering menerjemahkan sebagai kebahagiaan. tapi dalam kamus Lisaanul Arab diterangkan jika yang mengatakan "Asa'adallaahul 'abda wa sa'adah" maka maknanya adalah "Allah telah memberikan taufiqNya kepada sang hamba untuk melaksanakan amal yang diridhoiNya, karena itulah ia beroleh kebahagiaan". Maka berkah adalah kebahagiaan yang berakar ketaatan, atas karunia bimbingan Allah Subhanahu wata'alaa dalam melaksanakan apa yang diridhoiNya.

Di lapis-lapis keberkahan, kita akan menelurusi akar makna dari sang puncak kebaikan. Ialah berkah, nikmat yang menetap, berkekal, bertumbuh dan bertambah. Ialah berkah, berakal, tumbuh dan mekarnya karunia Allah Subhanahu wata'alaa hingga kembang iman semerbak melangit dan buah taqwa lezat melegit. Ialah berkah, kebahagiaan yang tumbuh dari bimbingan Allah Subhanahu wata'alaa untuk mentaatiNya di setiap keadaan.

Sebab, pada hakikatnya, ia terletak di dalam dada dan bersemayam di ruang-ruang rasa, maka wujud lahiriah dari berkah boleh saja beraneka ragam warnanya. Meskipun demikian di lapis-lapis keberkahan diikat oleh satu asas yang penting, bahwa iz bersumber dari Dzat yang Maha Satu, Allah Subhanahu wata'alaa

Sumber : Lapis - lapis Keberkahan oleh Salim A. Fillah

Sunday, December 25, 2016

Warna dalam Karya, Ekspresi dalam Prestasi


Menurut jenengan, insan yang berprestasi itu yang bagaimana ?

Insan yang berprestasi menurut saya adalah mereka yang dapat bersungguh sungguh dalam belajar dimanapun dia berada dan dia mampu membuat sebuah aksi nyata atau karya yang bermanfaat bagi masyarakat. Bagi saya prestasi itu tidak hanya diukur dengan tingginya nilai dan banyaknya medali atau trofi, tetapi lebih dari pada seberapa besar manfaat yang dia berikan. Insan yang prestatif adalah mereka yang berhasil melakukan semua hal tersebut atas dasar semata-mata hanya untuk mengharap ridho Allah subhanahu wata’ala, sebagai wujud ketaatan kepada-Nya. Karna di sisi Allah hamba yang berprestasi adalah hamba yang bertaqwa “…sungguh yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling tinggi ketaqwaannya…” (QS Al-Hujurat 13)

Kalau jenengan sendiri, sejak kapan mulai menyadari dan meraih prestasi ? Tolong, diceritakan detail pengalamannya

Dulu disaat masih duduk di bangku SMA saya menyadari bahwa pasion saya saat itu tidak di pengkaryaan akan tetapi di pengorganisasian. Maka dimasa itu saya selalu memotivasi diri saya dan teman-teman saya khususnya yang tergabung di OSIS SMA MTA  untuk bermujahadah (sungguh-sungguh) dalam mengadakan kegiatan yang bermanfaat, mulai dari sekedar membuat forum belajar kelompok sampai kegiatan seminar kesehatan. Saya semakin yakin bahwa inilah prestasi kami saat itu.

Semangat inilah yang saya bawa ketika memasuki dunia perkuliahan. Setiap hari saya selalu berfikir apa yang harus saya lalukan agar ilmu saya, hidup saya dapat bermanfaat bagi sesama, seperti yang telah saya yakini .“…sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi orang lain.” (HR Bukhari)

Sebagai langkah awal, saya mencoba menjadi seorang asisten praktikum di Fakultas Biologi UGM. Setiap minggu saya mendampingi dan menemani para mahasiswa dalam belajar pelajaran biologi. Dalam perjalanannya saya seringkali menjumpai masalah dan saya sangat termotivasi untuk dapat menyelesaikannya. Setiap masalah yang saya temukan selalu saya sampaikan dalam diskusi saat kuliah dan saat kumpul dengan teman-teman. Dari setiap forum yang saya adakan selalu saya tulis hasilnya, sehingga ide itu selalu berkembang. Hingga pada akhirnya saya dipaksa teman saya untuk mengikuti lomba karya tulis mahasiswa dan dari sinilah saya mulai mengenal dunia pengkaryaan.

Hikmah #11 - Motivasi Mengajarkan Ilmu Agama



Oleh: Beni Zakaria Ar Ridlo, S.T.
Sahabat saat masih di Pondok Al Madinah Nusantara Yogyakarta

Urgensi Mengajarkan Ilmu

Ilmu memiliki peranan penting dalam mengubah peradaban suatu kaum. Kaum jahiliyah dapat berubah menjadi kaum yang mulia karena adanya ilmu. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menegaskan bahwa siapapun yang ingin mendapatkan dunia, maka harus dengan ilmu, yang ingin mendapat akhirat, harus dengan ilmu, dan siapa yang menginginkan kedua-duanya, maka harus dengan ilmu pula. Hal ini menunjukkan keutamaan ilmu yang sangat besar.

Untuk memperoleh ilmu tentu saja tidak lepas dari yang namanya proses mengajarkan ilmu tersebut. Karena pada asalnya manusia itu adalah bodoh sehingga proses mengajarkan ilmu sangat diperlukan. Dalam Al Quran Allah سبحانه وتعالى  berfirman:

“ Dan Allah telah mengeluarkan kamu sekalian dari perut-perut ibu kalian dalam keadaan kalian tidak mengetahui apa-apa dan Allah menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagi kalian agar kalian bersyukur.” (QS. An Nahl: 78)

Mengajarkan ilmu yang bermanfaat adalah keharusan sehingga cahaya kebaikan dan hidyah Allah bisa merata di tengah-tengah masyarakat. Ilmu dikatakan bermanfaat jika dia dapat menjadikan seseorang taat dan dekat dengan Allah سبحانه وتعالى. Mengajarkan ilmu cakupannya sangat luas, tidak dibatasi oleh satu aktivitas saja, dan tidak hanya di bangku sekolah, kuliah atau pesantren saja. Setiap orang bisa melakukan amal yang mulia ini asalkan punya sesuatu yang bisa diajarkan sesuai dengan kemampuannya dan niatnya lurus karena Allah سبحانه وتعالى. Oleh karena itu, mengajarkan ilmu menjadi penting karena dengan adanya proses ini ilmu dapat diperoleh dan diterima secara sempurna serta kebodohan dapat dihilangkan.

Imam Ahmad berkata, “Apabila engkau belajar untuk menghilangkan kebodohan dari umat ini, maka engkau akan termasuk [1]di antara para mujahidin di jalan Allah yang menyebarkan agama-Nya.”

Ada Makna Dalam Karya (Kumpulan Slide)







Rancangan Lahirnya AFIF (Agri Fish Integrated Farming )


Instalasi AFIF (Sistem Pertanian Terintegrasi)


Pembangkit Listrik


Kincir Air Portable


Kerangka Kincir Air Portable


Buletin Agrilink - Bercocok Tanam itu Mudah dan Indah



Vertikultur - Beraneka Macam Pertanian Bertingkat





Friday, December 23, 2016

Diary #5 - Merindukanmu


Terkadang aku diam terpaku, menikmati indahnya goresan penamu
bersama kesunyian malam ku mengeja arti kesabaran
Mendengar suara dari gema malam dan bisikan alam
agar kubisa menuliskan indahnya kerinduan…..

Walau cahaya bulan meredup, aku berharap bisa merangkai kata sabar
Berteman cahaya kunang malam yang menyala tegar
Jika malam telah lelah denganku dan pagipun beranjak membuka pintu,
Rasanya aku tetap ingin sembunyi mendiami sudut yang paling sunyi
Bersamamu menggoreskan pena kerinduan disetiap lembar keikhlasan

Untukmu yang telah menciptakan rindu ini,
Mengapa kau ciptakan bunga rindu lewat goresan penamu..?
Sungguh Rindu ini tak mudah kuartikan dan kujalani sendiri,
Sedang aku tak tau bagaimana kau merindukanku
Namun salahkah aku merindukanmu ?

Namun begitu, ku harap rindu ini benar adanya,
walau hanya tertulis dalam sebuah goresan pena,
Aku akan tetap merangkai sabar dari kejujuranku untukmu
Aku akan selalu menghadirkan hikmah dalam bait tulisanku,
agar kau bisa percaya betapa tulus ku menunggumu di persimpangan waktu

Thursday, December 22, 2016

Materi #15 - Belajar Sholat



Materi #16 - Belajar Wudhu



Materi #17 - Belajar Hadits Arba'in



Materi #6 - Belajar Juz 'Amma




Materi #5 - Kumpulan Kisah Sejarah Islam







Materi #4 - Do'a - do'a Harian



Materi #3 - Belajar Huruf Hijaiyyah





Materi #2 - Buku Bahasa Arab