Assalamu'alaikum ^_^

Yuk kita perbanyak membaca buku dan mendengarkan kajian, Let's Fastabiqul khoirot !

Wednesday, June 28, 2017

Diary #44 - Diary Muttaqin


Setelah berlalu bulan Ramadhan, bulan pembentukan karakter Muttaqin (hamba Allah yang bertaqwa) maka tidak kalah pentingnya adalah bulan - bulan selanjutnya. Masa kita mempraktikkan dengan istiqomah segala ilmu dan hikmah yang kita dapatkan selama berpuasa di Bulan Ramadhan.

Salah satu tanda bahwa puasa kita di bulan Ramadhan itu berhasil / sukses adalah mampu mendidik kita untuk menjadi pribadi yang khusyu' merasa diawasi oleh Allah, ingat dan taat dimanapun, kapanpun kita berada. Mampu menjaga diri dari segala duri duri dunia yang melenakan dan melalaikan.

Teringat pesan Ustadz Amir Husni, kiat menjadi hamba Allah yang sukses adalah harus memiliki target / cita -cita, dan kemudian membuat rencana. Untuk menjadi pribadi yang istiqomah kita harus punya perencanaan dan target. Perencanaan itu sangat penting karena bicara sukses tanpa rencana sama saja kita merencanakan kegagalan.

Sebagai seorang muslim cita-cita kita sudah jelas, menjadi hamba yang menghamba dengan sebenar benar penghambaan. Berlomba lomba meraih derajat Taqwa dengan segala ikhtiarnya. Karena dengan Taqwa kita bisa merih ridhoNya, dan atas ridhoNya kita dimasukkan kedalam SurgaNya. Aamiin.

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (Qs. Ad Dzariyat ayat 56)

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imron ayat 133-134)

Bicara tentang target dan cita cita seakan bernostalgia dimasa mahasiswa yang penuh dengan ide dan karya, benar katamu tak ada habisnya, yang pasti adalah benar adanya bahwa dengan cita cita kita bisa semangat menggapai asa, memupuk ghiroh dalam fastabiqul khoirot.

Satu kisah yang mungkin bisa menginspirasi kita tentang cita cita. Kisah dimasa Rosulullah disaat Perang Khandaq. “Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan penggalian Khandaq, ternyata ada sebongkah batu sangat besar menghalangi penggalian itu. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit mengambil kapak tanah dan meletakkan mantelnya di ujung parit, dan berkata: “Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (Al-Qur`an) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Terpecahlah sepertiga batu tersebut.

Salman Al-Farisi ketika itu sedang berdiri memandang, dia melihat kilat yang memancar seiring pukulan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau memukul lagi kedua kalinya, dan membaca: “Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (Al-Qur`an) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Pecah pula sepertiga batu itu, dan Salman melihat lagi kilat yang memancar ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memukul batu tersebut. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memukul sekali lagi dan membaca: “Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (Al-Qur`an) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Dan untuk ketiga kalinya, batu itupun pecah berantakan. Kemudian beliau mengambil mantelnya dan duduk. Salman berkata: “Wahai Rasulullah, ketika anda memukul batu itu, saya melihat kilat memancar.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya: “Wahai Salman, engkau melihatnya?” Kata Salman: “Demi Dzat yang mengutus anda membawa kebenaran, betul wahai Rasulullah.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ketika saya memukul itu, ditampakkan kepada saya kota-kota Kisra Persia dan sekitarnya serta sejumlah kota besarnya hingga saya melihatnya dengan kedua mata saya.” Para shahabat yang hadir ketika itu berkata: “Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah agar membukakannya untuk kami dan memberi kami ghanimah rumah-rumah mereka, dan agar kami hancurkan negeri mereka dengan tangan-tangan kami.”

Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdoa. “Kemudian saya memukul lagi kedua kalinya, dan ditampakkan kepada saya kota-kota Kaisar Romawi dan sekitarnya hingga saya melihatnya dengan kedua mata saya.” Para shahabat berkata: “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar membukakannya untuk kami dan memberi kami ghanimah rumah-rumah mereka, dan agar kami hancurkan negeri mereka dengan tangan-tangan kami.”

Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdoa. “Kemudian pada pukulan ketiga, ditampakkan kepada saya negeri Ethiopia dan desa-desa sekitarnya hingga saya melihatnya dengan kedua mata saya.” Lalu beliau berkata ketika itu: “Biarkanlah Ethiopia (Habasyah) selama mereka membiarkan kalian, dan tinggalkanlah Turki selama mereka meninggalkan kalian.”

Sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, terjadilah apa yang diberitakan oleh beliau. Kedua negara adikuasa masa itu berhasil ditaklukkan kaum muslimin, dengan izin Allah.

Begitulah hikmah cita cita, dengannya lahir asa, dan semangat untuk meraihnya.
Semangat tersebut akan tergambar dalam rangkaian aktivitas yang senantiasa membawa nilai kebaikan, bahkan tidak sedikit yang membawa kemaslahatan umat.

Mungkin sedikit saya berbagi rencana ideal seorang Muttaqin dalam menjalani keseharian mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali.


Aktivitas Ibadurrahman
02.30 : Bangun Pagi + Doa Bangun Tidur

02.35 : ke Kamar Mandi + Wudhu

02.45 : Sholat Lail

03.45 : Sahur *jika niat berpuasa + Qiroah  (beserta artinya)

04.15 : Persiapan Sholat Shubuh di Masjid + Sholat Shubuh berjama'ah
           *disempurnakan dgn sholat sunnah rowatib (lebih afdhol dirumah)

04.45 : Tahfidzul Qur'an (Senin & Kamis jadwal muroja'ah)
           saling menyimak dengan teman teman / keluarga

05.30 : Bersih bersih rumah
           Bercengkrama dengan tetangga
           Belanja sayur
           Masak + Sarapan (jika tidak berpuasa dan tidak lupa berdo'a)

06.15 : Mandi Pagi + Wudhu

06.30 : Sholat Dhuha

06.45 : Membaca / Menulis

07.30 : Berangkat Kerja/Belajar + Berdo'a (memperbarui niat, meluruskan niat dan memperbagus niat)

11.30 : Persiapan Sholat Dhuhur di Masjid + Sholat Dhuhur berjama'ah
           *disempurnakan dgn sholat sunnah rowatib (lebih afdhol dirumah)

12.25 : Makan Siang (tidak lupa berdo'a)

14.30 : Persiapan Sholat Ashar di Masjid + Sholat Ashar berjama'ah
           *disempurnakan dgn sholat sunnah rowatib (lebih afdhol dirumah)

Ngaji selalu diagendakan setiap pekannya, kajian yang dilakukan secara langsung
bukan membaca buku, atau menyimak video melainkan hadir di majlis ilmu. Selain itu jika ada kesempatan tetap menjaga keistiqomah untuk mengajar, berbagi ilmu dengan sesama sesuai kemampuan, menyampaikan kebenaran dan hikmah meskipun hanya satu ayat.

Jika di hari libur dimanfaatkan dengan beraktivitas dengan tetangga, menjalin hubungan baik dengan tetangga, dengan anak anak, membuat majlis ilmu belajar dan bermain bersama

17.00 : Tahfidzul Qur'an

17.30 : Buka Puasa
           Persiapan Sholat Maghrib di Masjid
           Sholat Maghrib berjama'ah
           *disempurnakan dgn sholat sunnah rowatib (lebih afdhol dirumah)

18.00 : Qiroah (beserta artinya), saling menyimak dengan teman teman / keluarga

18.30 : Makan Malam (tidak lupa berdo'a)
           Membaca / Bercengkrama dengan keluarga / teman teman

18.45 : Persiapan Sholat Isya' di Masjid
           Sholat Isya' berjama'ah
           *disempurnakan dgn sholat sunnah rowatib (lebih afdhol dirumah)

Mengikuti liqo' atau kelompok selalu diagendakan setiap pekannya, liqo' atau kelompok dilakukan sebagai wujud pengamalan dari mujahadah dalam tholabul 'ilmi (ngaji) dan juga pengamalan tafahum dan takaful dalam membina ukhwah

Jika tidak ada agenda liqo' maka waktu dimanfaatkan untuk melanjutkan membaca, menulis, tawasaw bersama teman teman / keluarga. Jika tidak ada agenda yang penting maka lebih afdhal menggunakan waktu untuk beristirahat

Seusai liqo'atau kelompok dan jika hendak akan tidur maka lebih afdhal jika tidak langsung tidur, melainkan melakukan beberapa persiapan / kegiatan sebagai berikut :

1. Berwudhu
2. Gosok gigi
3. Minum air putih
4. Sholat Witir
5. Suwuk / Berdzikir
6. Muhasabah
7. Berdo'a sebelum tidur
8. Mematikan lampu
9. Berbaring dengan posisi miring ke sebelah kanan

Mungkin itu sedikit sharing aktivitas yang insyaallah mampu menjaga ghiroh kita untuk senantiasa istiqomah dalam fiisabilillah. Jika ada yang ingin menambahkan tafadhol ^,^

Semoga bermanfaat.

Solo, 28/06/2017 - AM

No comments:

Post a Comment