Saturday, February 4, 2017
Diary #14 - Ketika Cinta Bertasbih
Menjadi seorang muslim yang kaffah,
adalah mimpiku sejak duduk dibangku sekolah
Berbekal nasehat Ustadz Busroni tentang tiga hal.
"Mujahadah, Istiqomah, dan Nidhom"
Ketiganya seakan memecutiku untuk selalui totalitas dan fiisabiilillah,
kapan saja, dimana saja, dan saat dengan siapa saja.
Ketika ku harus memilih,
mencintai atau dicintai,
ku sadar, tak ada daya dan upaya ku untuk mencintai,
tak kuasa ku dapati apa yang ku cintai juga mencintaiku,
tak kuasa ku dapati apa yang ku yakini juga meyakiniku.
Sungguh semua karenaNya, semua rasa itu ada hanya karena ridhoNya
Maka cukuplah Allah Subhanahu wata'alaa surga hidupku
Tidaklah ketenangan ini hadir kecuali saat hati ini tak sedang mencinta
Tunduk taat berpasrah di jalanNya, bersamaNya, karenaNya
Menjadi hamba yang senantiasa bersyukur, taat dan ingat
Melakukan segala yang baik hingga Allah mencintaiku
Cinta yang tak lekang oleh waktu
Bersama cintaNya, Allah Subhanahu wata'ala selalu menjagaku
seperti telah disampaikan baginda Rosulullah Sallallahu 'alaihi wasallam
Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku
dengan sesuatu yang lebih Aku cintai
daripada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya.
Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku
dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya.
Jika Aku telah mencintainya,
Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar,
menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat,
menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat,
dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan.
Jika ia meminta kepada-Ku,
Aku pasti memberinya.
Dan jika ia meminta perlindungan kepadaku,
Aku pasti melindunginya.
Namun, apa daya tak bisa dipungkiri rasa rindu ini terus menerus hadir.
Berharap bisa menemani langkah dan lelahku dalam jalan dakwah.
Sungguh hati ini sedang berjuang untuk itu,
tetap bersabar dalam taat,
tetap menanti dalam ingat,
tetap berharap dalam rahmat.
Sungguh kekagumanku, kerinduanku, dan pengharapanku,
tak lain hanya karena kecintaanmu pada agamamu.
Akhlakmu, ghirohmu, ilmumu, dan amalmu.
Seakan bertemu dengan cita dan asa ku untuk hidup bersama.
Bersama membangun cinta hidup sesurga
Sampai pada saatnya sebagai bentuk kesungguhanku,
meskipun ku sedikit malu, kuberanikan diri,
menyampaikan niatanku untuk meminangmu lewat orang tuaku.
Sebuah keputusan yang sejujurnya muncul karena panggilan dakwah.
Mengetahuimu, membuatku berharap hadirmu mampu menguatkanku,
membersamaiku untuk tetap istiqomah dalam jihad fiisabiilillah.
Meskipun demikian, hamba tetaplah hamba.
Hanya kuasanya yang mampu mempertemukan kita.
Hanyalah Dia yang Maha Tahu mana yang terbaik bagi hambaNya.
Yang dapat ku lakukan adalah berusaha.
Seperti katamu, terus menetapi hati dengan keikhlasan, kesyukuran dan kesabaran,
menetapi langkah dengan keistiqomahan.
Pada akhirnya sampai kepada ku sebuah jawaban,
yang dengannya membuatku ikhlas menunggu.
Menunggumu di persimpangan waktuku.
Menunggumu berjuang meski ingin sekali ku membantumu.
Meskipun demikian aku tahu kamu kuat, kamu pintar, kamu sabar.
Semoga kelancaran dan kemudahan selalu membersamai mu dalam ketaatan.
Sampai kapanpun aku akan menunggumu,
hingga ada jawaban pasti darimu atas niatanku itu.
Ketahuilah sudah banyak bunga yang indah diluar sana
yang juga menungguku, berharap aku hingga di mahkota hidupnya.
Namun begitu, yakinku tetap berkata engkau lah yang terbaik bagiku.
bukanlah kecantikanmu, hartamu, keturunanmu yang menarik hatiku,
namun ketaatanmu dan kesungguhanmu dalam berjuang dijalan Allahlah
yang selalu membisikiku untuk terus berharap dan berdoa dapat hidup bersamamu.
Maha Suci Allah, Dzat yang berkuasa atas hati hambanya,
hanya padaNyalah kuasa kita dapat bersama.
Maka sudah sepatutnya ku melepasmu.
Mengikhlaskanmu pada pemilikimu.
Ku yakin Allah akan mempertemukan kita suatu saat nanti.
Kan tetap ku tunggu hadirmu, semangatmu, kasih sayangmu, perjuanganmu,
jika tak didunia semoga kita bertemu di surga.
Maha Suci Allah Subhanahu wata'alaa yang Maha Mencintai hambaNya.
Cukuplah Allah bagiku, bersamaNya ku menanti jawabmu.
Semua pertanyaanku akan tentang dirimu tak berarti apa apa,
jika jalan cinta ini tak kau terima.
Apapun alasanmu itu akan ku hargai semua keputusanmu.
Aku sadar bukanlah lelaki yang berada.
Aku sadar bukanlah lelaki yang tampan rupa.
Aku sadar bukanlah lelaki yang sempurna dalam hal agama.
Aku hanya lelaki yang sedang berusaha menjadi hamba yang dicinta RabbNya.
yang sedang berusaha mencari pendampingnya untuk berjuang bersama meraih cintaNya,
bukanlah gemerlap dunia yang aku bawa, namun jalan juang yang siap kita bina bersama,
yang ku butuhkan bukan wanita biasa namun wanita yang bisa.
Bisa tetap membersamai dalam lelah fiisabiilillah.
Bisa menguatkan dalam ukhwah dan dakwah.
Bisa membina generasi yang sholeh dan sholehah.
yakin ada ? insyaAllah ada... biidznillah
aku yakin ada pada dirimu, iya kamu...
Hasbunallah wani'mal wakiil ni'mal maulaa wa ni'mannashir
~ AM, Solo 05/02/2017
Labels:
Muslim Diary
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment