Saat Akad Tercatat (source : Akun IG Ustadz Salim A. Fillah)
Sungguh kagum dengan kegigihan Ustadz Salim A. Fillah dalam memperjuangkan jalan hidupnya. Ia berani mengambil sikap dalam melangkah, hingga sampai pada waktunya beliau hendak menikah, beliau menemukan wanita yang beliau yakini mampu membersamai jalan dakwahnya. Sama sama aktif membina liqo' (perkumpulan), biasa mengajar dan aktif dalam kegiatan keagamaan.
Banyak hambatan dan ujian yang beliau terima, mulai dari keraguan dari pihak si wanita, kondisi beliau yang mungkin secara finansial tidaklah mewah punya segalanya, beliau datang dengan mengenakan baju muslim biasa, dengan perjalanan yang berliku. Akhirnya beliau dengan mantap menjawab semua keraguan itu "Urusan saya adalah segera menikah, tak jadi soal besar dengan siapa, jika tak dapat mertua disini, insyaallah akan kami cari perjalanan pulang nanti". Memang terlihat sedikit kasar, menurut saya bukan, itulah ketegasan. Keberanian mengambil sikap untuk sebuah kebaikan.
walhamdulillah, pasangan beliau, calon istri beliau, wanita yang beliau kagumi, juga memiliki keberanian untuk menyampaikan dan meyakinkan keluarganya. Dia memahami semangat dari Ustadz Salim A. Fillah, dia bisa meyakinkan walinya dan keluarganya. maka ternyata beliau berdua adalah sejiwa, saling bisa merasakan satu dengan yang lainya. Karena dalam hati Ustadz Salim berkata "Bukan karna tak sabar, hanya tak ingin menanti. Karena ketegasan seperti ini adalah juga kesabaran, juga kesepian yang diusir pulang. Karena bagi beliau dalam penantian ada lebih banyak celah syaitan"
Akhirnya wali dan keluarga wanita tersebut, calon istri Ustadz Salim bisa memahami dan menerima lamaran Ustadz Salim, dan beliau berdua resmi akan melanjutkan ke jenjang berikutnya yaitu Walimatul Urs. Sebuah sunnah Rosul yang harapannya dengan menikah akan tumbuh barokah dalam hidup, bertambah kebaikan dalam setiap aktivitas, bukan saling melengkapi namun saling menguatkan satu dengan yang lainnya.
Subhanallah, walhamdulillah...
Apa yang beliau Ustadz Salim jalani dulu saat ini sedang saya rasakan. Namun mungkin saya tidak setegas beliau, tidak seberani beliau, karna saya bukanlah ustadz yang punya keyakinan yang begitu kuat dalam urusan agama. Saya hanyalah seorang anak rantau yang mencoba mengabdi untuk agama. Mengikuti setiap jalan perjuangan dakwah dengan apa yang saya mampu. Menjalaninya dengan penuh ketaatan dan keridhoan. Tak pernah lepas saya dengan ridho orang tua, karena dari beliau berdualah saya bisa menjadi yang sekarang, membina, mendidik, dan membesarkan bersama kecintaan kepada Allah dan RosulNya.
Maka cukuplah saya menyusahkan beliau berdua, sudah saatnya apa yang saya lakukan dan jalani adalah tabungan kebahagian kami baik di dunia dan diakhirat. Dan akhirnya saya lebih memilih bersabar menanti, menanti seseorang yang orang tua pilihkan menjadi pendamping hidup saya nanti. Seseorang yang katanya cukup dewasa membersamai jalan dakwah berliku. Insyaallah...
Saya selalu berharap dan berdoa, semoga ia yang disana, seorang wanita sholihah yang mencintai jalan dakwah, Allah berikan jalan kelancaran dalam menyelesaikan amanahnya, sehingga segera siap dan mampu untuk melangkah untuk menikah. Menjalani setiap aktivitas dakwah tidak lagi sendiri, namun bersama, sehidup sesurga. Merasakan, menjalani dan memahami arti jalan hidup bersama, karenaNya, bersamaNya.
Yassarallah lanal khaira haitsuma kunna
( Semoga Allah mudahkan kita dalam kebaikan dimanapun kita berada )
Uhibukii fillah wa barakallahu fiik
Ma'an Najah...
Tetaplah yakin, fokus dan bersungguh sungguh !
Ma'an Najah...
Tetaplah yakin, fokus dan bersungguh sungguh !
Insyaallah saya masih sabar menantimu, disini, di bumi merapi.
Yogyakarta, 07/07/2017 - AM
No comments:
Post a Comment