Bismillah...
Sejujurnya, ada yang ingin saya bagi kepada teman teman tentang sebuah hikmah perjuangan
hikmah yang dapat mempersatukan dua insan dan tumbuh menjadi keluarga
ia tumbuh menjadi keluarga biasa, biasa mengaji, biasa mengisi, biasa fiisabilillah dll
jadi bukan harta, kedudukan dan segala sesuatu isinya membuatnya nampak indah dan bahagia
namun keringat perjuangan dakwahlah yang selalu ditanamkannya
Ada sebuah cerita yang membuat saya geli dan bersyukur
bersyukur memiliki orang tua yang begitu mantap memotivasi putra putrinya
mantap karena selama ini beliau kerjakan adalah amalan jama'i, segala sesuatu yang terpimpin
maka ketika saya ceritakan tentangmu yang mungkin sudah menerima ta'aruf tertulisku
dan berlanjut kamu dan bapakmu akan sowan Al Ustadz
satu kesan Ibu, Alhamdulillah... dengan raut muka tersenyum
lalu saya bertanya "enten nopo e Buk kok senyam senyum... kulo mawon khawatir"
Ibuk menjawab "khawatir opo lho Am... justru itu tanda keluarga yang baik, taat sama pimpinan, menyampaikan rencana hajat besar keluarga kepada pimpinan, mohon doa, restu dan bimbingan dari beliau Al Ustadz" "maksud kulo khawatir kinten kinten Al Ustadz kemutan mboten nggih Bu, kaleh kulo njenengan, kan sudah lama dulu sowan Ustadz", balas saya.
"Oalah.... insyaallah masih ingat, beliau kalau sama ibuk apalbanget, apalagi kalau bilang adiknya Tono insinyur MTA, lawong dulu Ibu dari dulu sampai sekarang minta restunya ke beliau. Dulu itu Ibu mau nikah yang menjodohkan Almarhum Ustadz Abdullah Thufail, disuruh menetap di asrama putri dan membina disana karena waktu itu bapak tugas mengajar di daerah jauh. Sampai akhirnya berniat membeli tanah di semanggi juga minta saran beliau dan oleh beliau di pinjami uang, sampai beliau wafat hutang belum selesai terbayar dan selanjutnya di bayarkan ke Ustadz Sukino. Segala sesuatunya yang besar selalu di sampaikan ke beliau, saat mau menyekolahkan kamu dan adik adikmu, saat kamu mau lomba ke luar negeri dulu itu atau saat ibuk harus menyelesaikan persamalahan kelompok ibu ibu yang terkadang begitu rumit dan butuh solusi dari beliau"
"Oh... berarti dulu itu yang menjodohkan juga Al Ustadz ?", tanya saya
"Iya... jelas... dulu kan keluarga belum saling kenal, jadi ya ibuk hanya setor foto, bapak waktu itu juga setor foto, dan sama beliau dijodohkan. Ndak pernah berfikir yang macam macam, bismillah sami'na wa atho'na. Alhamdulillah sekarang Ustadz sama Bapakmu sudah kenal dekat, semenjak Al Ustadz kedatangan tamu dari Kepala Kemenag Prov Jawa Tengah, beliau mengenal MTA dan berniat bersilaturahmi ke Mabes MTA lewat jalan Bapakmu"
"Masyallah.. nggih to Bu ?", tanya saya penuh penasaran
"he'em... jadi dulu Bapakmu itu ternyata juga pembina asrama santri masjid di dekat keraton. Masjid nya kalau kamu tau ada di dekat pintu masuk kraton kasunanan sebelah utara. Nah Bapakmu pernah mondok disana. Salah satu santrinya yang dulu Bapak bina itu sekarang sudah menjadi pejabat besar, ya tadi itu jadi Kepala Kemenag, ketemunya saat di Embarkasi Haji. Bener bener pertemuan yang mengharukan katanya, langsung pelukan luar biasa karena sudah puluhan tahun ndak bertemu. Beliau punya nadil besar juga di MTA karena sekelas Kepala Kemenag Prov itu punya link langsung ke Presiden. Jadi begitulah hikmah perjuangan, ikhtiar yang tulus sami'na waatho'na akan senantiasa menguatkan dakwah. Saat Ustadz dapat telephon akan mendapat kunjungan dari Kemenag, Ustadz pirso atau bertanya, siapa yang menghubungan Kemenag dengan MTA, lalu munculah nama Slamet Raharjo dan saat itu Ustadz dhawuhi (memerintah) Pak manshur untuk mencari Bapak dan diundang ke Mabes, menemani Al Ustadz saat mendapatkan tamu dari kemenag tersebut. InsyaAllah bsk akan ada saatnya beliau mengisi Ahad Pagi, rencananya akan membahas masalah Haji. Jadi udaaah... Bismillah ndak perlu khawatir, Ustadz itu sudah kenal Bapak dan Ibu. Insyaallah semua keputusan dari beliau adalah yang terbaik, kamu harus siap menerimanya".
Dengan hati yang tenang dan taslim saya menjawab "Alhamdulillah, nggih Bu" Dalam hati ini berkata , ingin rasanya segera menikah karena saya tahu perjuangan dakwah itu tidak mudah, sedih rasanya kalau pas sendirian, dan ingin rasanya banyak berbuat, berkarya dan berjuang untuk umat. Membina generasi muda, apalagi di majlis yang setiap tahun banyak mahasiswanya, banyak kegiatan yang belum berjalan, padahal bagus untuk pembinaan. belum lagi adek adek santri TPA yang butuh pendampingan dan materi setiap minggunya, ditambah dakwah di masyarakat, sedikit banyak butuh pendekatan dan perhatian meskipun tidak bisa dipungkiri pasti ada perbedaan. Dan disitulah letak kebaikan yang harus diperjuangkan bersama.
Semoga penantian ini berujung nikmat, nikmat yang ketika disambut dengan syukur maka semakin bertambah kenikmatan itu. kenikmatan berjuang di jalan Allah. Kenikmatan menjalin hubungan saling mencintai karena Allah, membina keluarga yang biasa, biasa mengenal Allah, biasa mendekat kepada Allah, biasa mempelajari dan mengamalkan islam dalam kehidupan. Menumbuhkan kebaikan dan terus memupuknya untuk menghasilkan kebaikan kebaikan yang lainnya. Insyallah...
Bersamamu,
kutitipkan salam perjuangan di Tanah Mataram, Yogyakarta
Cangkringan, 28 November 2017 - AM
No comments:
Post a Comment