Assalamu'alaikum ^_^

Yuk kita perbanyak membaca buku dan mendengarkan kajian, Let's Fastabiqul khoirot !

Saturday, November 4, 2017

Diary #88 - Menikah


Berbicara tentang pernikahan, sejujurnya adalah hal yang sudah aku impikan semenjak lulus dari S1. Saat aku memutuskan untuk mengambil dunia kerja untuk langsung terjun juga di medan dakwah yang lebih luas sejatinya keinginan untuk segera menikah itu ada. Seperti yang sudah aku ceritakan sebelumnya, niatan itu tak lepas dari peran Orang tua, saat itu juga aku sampaikan ke Bapak dan Ibuk. Alhamdulillah orang tua yang awalnya menghendaki aku menikah di usia 28 th luluh dan meridhoi aku untuk bs segera menikah dengan segala pertimbangannya.
Dan alhamdulillah, saat itu juga Allah membukakan jalan untuk bisa lebih mengenalmu. Allah memberanikan aku untuk menyampaikan niatan mulia ini kepada walimu lewat bapak dan ibuku. Sebenarnya saat saat itu adalah sesuatu yang aku paling malu, malu beribu malu.... sampai sampai selalu aku menanyakan, Ibuk bertemu sama Bu...? Bapak bertemu samam Pak...? bagaimana dan bagaimana, khawatir kalau caraku salah, kurang sopan dll. Sengaja aku lewat bapak ibuk dulu karena belum tahu sesungguhnya kondisimu saat itu, maka karena ibuk cerita kalau ibuk dan bapak ternyata akrab dengan orang tuamu maka aku memutuskan untuk menghubungi lewat orang tua dulu. Dan masyaallah ternyata benar, sesuai firasatku bahwa kamu masih harus menyelesaikan amanah belajar. Dengan begitu aku bisa menjaga jarak dengan tenang, tanpa mengusikmu dalam dalam. 
Beberapa kali kesempatan sebenarnya aku bertemu dengan Bapakmu, namun sengaja aku menyembunyikan diri khawatir jika mengingatkan pembahasan orang tua yang memang sengaja aku untuk menjaga agar kamu benar benar fokus. Namun pernah suatu saat Qodarulllah, sekuat aku menahan diri, tetap saja Allah mempertemukan, maka saat akan jihad pagi aku berpapasan dengan bapakmu dan dengan malu yang sangat, bibir ini hanya mampu mengucap assalamu’alaikum dan senyum yang tertunduk. Masyaallah... hanya dengan seperti itu saja rasanya bahagia banget ya >,< malu tapi...  hehe...
Sampai saat ini yang aku fikirkan, aku harapkan dan selalu aku panjatkan doa adalah kita semua senantiasa dalam keadaan sehat sekeluarga, tetap istiqomah dalam kebaikan. Berharap kelak pada saatnya kita benar benar bertemu setelah beberapa bulan menunggu. Tentang bagaimana walimah nantinya berlangsung sejujurnya tidak pernah terbesit akan membuat acara yang seperti ini atau itu. Cukup ittiba’ Nabi bagaimana walimah yang beliau tuntunkan baik sebelum acara, saat acara dan sesuadah acara. 
Tentang tempat, sebenarnya punya mimpi bisa melangsungkan walimah di Gedung Pusat MTA, tapi mengingat jarak yang jauh sepertinya tidak memungkinkan, padahal pengen banget. Apalagi Ustadz sudah mempersilahkan dengan acara yang benar benar walimatul ursy. Namun tetap ridho orang tua yang paling utama, maka saya sami’na waatho’na tidak pernah ada rasa untuk memaksakan kehendak harus dimana dan bagaimana.
Tentang acara inginya yang sederhana, cukup bersilaturahmi menyaksikan akad dilanjutkan makan bersama tanpa ada hiburan yang berlebihan. Mungkin pengen ngajak Fail buat tampil pildacil hehe... sama ngaji bareng dengan anak anak hehe...
Kalau busana, paling suka sama yang tebal, tertutup dan lebar. Seringkali melihat busana pengantin yang tipis, di ikat sana sini akhirnya nampak lekuk tubuhnya masyaallah... busana yang saya idamkan adalah yang syar’i tidak perlu banyak pernah perniknya, tata riaspun secukupnya. Saya bukan tipe laki laki yang suka perempuan cantik yang tebal makeupnya. Saya suka sama perempuan yang tampil rapi, bersih, indah, dan wangi apa adanya. Tidak yang berlebihan. Mungkin gambar akhwat yang saya lampirkan bisa sedikit memberi gambaran.  Atau seperti yang selama ini “kamu” kenakan saat hadir di pengajian.
Semua keinginan yang sederhana ini bukan berarti mengecilkan nilai pernikahan yang sebagian besar orang menganggap sakral dan penuh dengan kenangan. Sungguh sedikit pun tidak pernah terbesit hal yang seperti itu. Justru bagi saya jika memang walimah itu kita niatkan untuk mengharap ridho Allah maka segala sesuatunya pun juga kita laksanakan sesuai yang Allah dan Rosul kehendaki dan ridhoi. Tak perlu kita mengejar penilaian orang umum, karena itu adalah penilaian sesaat yang menurut dia benar tapi menurut Allah dan Rosul belum tentu benarnya. 
Selebihnya sebagai seorang pelamar dan calon ....... (aamiin) segala sesuatunya kelak pastinya akan kata bicarakan bersama, tidak perlu aku atau kamu khawatir  tentang ini dan itu, karena jika semua kita kembalikan pada Allah dan RosulNya maka insyaallah segala sesuatunya akan selalu ada jalan keluarnya.
Yang terpenting skarang selalu dijaga kesehatannya, bapak ibu di rawat dan di layani dengan sebaik baiknya, selagi kesempatan itu masih tinggal bersama beliau berdua. Semoga amanah yang saat ini masih berjuang menyelesaikanya, Allah memberikan kemudahan dan kelancaran menyelesaikannya.
Ma’an Najah...  

No comments:

Post a Comment