Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyu’ mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka) dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik.
Qs. Al Hadid ayat 16
Hari kedua bulan Ramadhan 1438 H, tak terasa waktu berlalu begitu cepat,
detik demi detik terus bergulir, perlahan tapi pasti waktu terus berjalan.
Menghiasi setiap ruang waktu di bulan Ramadhan dengan amalan kebaikan.
Ku rasa hal itu yang menjadikan waktu berlalu begitu cepat.
Menikmati setiap langkah dalam fiisabililah dalam niat ibadah.
Membasahi bibir dengan lafadz dzikrullah yang seakan tak mau berhenti mengucapnya,
semakin indah, semakin nikmat ketika semakin dalam kita rasakan.
Subhanallah... walhamdulillah... wa laailaahaillallah.. wallahu akbar
Sungguh begitu nikmat sehingga tak terasa kita menjalaninya.
Damai, sejuk, tenang... Subhanallah... ^_^
Teman teman pasti ingatkan lafadz dzikir tersebut ?
yakinlah, dengan hati yang bening lafadz tersebut akan menenangkan hati kita,
dengan hati yang tenang kita akan lebih khusyu' dalam ibadah,
dengan ibadah yang khusyu' maka insyaallah kebaikan demi kebaikan akan tercipta,
karena hamba yang khusyu' adalah mereka yang senantiasa merasa diawasi Allah,
adalah mereka yang senantiasa mempersiapkan bekal bertemu Allah,
tiada waktu melainkan hanya untuk Allah. Billah, fillah, lillah...
Di dalam Qs. Al Hadid ayat 16 tersebut selalu memecuti saya untuk terus ingat,
ingat akan Allah, ingat akan kehidupn akhirat, ingat akan Al Qur'an dan As Sunnah,
ingat bahwa hidup tidak hanya sekedar hidup, tapi hidup untuk yang Maha Hidup.
Satu kata yang bagi saya cukup mewakili semuanya adalah "Dakwah"
Dakwah adalah seruan mulia kepada diri kita pribadi, orang terdekat kita dan umat disekitar kita.
Dakwah yang tumbuh dari ghiroh kita dalam beramal sholeh,
dakwah yang terbingkai dalam semangat kebersamaan,
bagaimana bisa menjadi baik, sholeh, taqwa bersama sama.
Seperti halnya diri ku ini yang merasakan semangat dakwah dari hidup berjamaah.
Hidup dalam kebersamaan di Majlis Tafsir Al Qur'an (MTA).
Tidak ada semangat yang lebih besar yang aku temukan di MTA melainkan semangat berdakwah.
Dakwah bil hikmah, dakwah fii ukhwah, dakwah bil jama'ah.
Dakwah yang kata beliau Al Ustadz Ahmad Sukino sesimpel membawa brosur untuk dikaji bersama,
dan dakwah yang kata beliau Ustadzah Uud (Istri Al Ustadz) seindah hidup bertetangga.
Dakwah bukan masalah tentang berapa banyak ayat yang kita sampaikan,
tapi menurutku dakwah adalah seberapa ikhlas kita bergerak, melangkah mencari ridhoNya.
Ketika kita ingat pada Allah, lalu kita menjadi hamba yang khusyu'
maka kekhusyu'an kita itulah menjadi ladang dakwah kita.
Amalan kita, ngaji, ngamal, dan ngajar menjadi medan dakwah kita.
Baik di asrama, di keluarga, di kantor, di kampus dan di masyarkat.
Senantiasa akan terpancar cahaya kebaikan,
yang sedikit banyak akan menularkan energi positif disekitar kita.
Sedikit cerita yang mungkin bisa menggambarkan bagaimana kasih sayang Allah pada hambaNya,
yang dengan tulus ingin mengamalkan islam secara kaffah, maka sungguh Allah akan menuntunnya.
Ada seorang pemuda yang sudah lama merantau di kota sebelah,
sudah 5 tahun lamanya dia merantau hingga diapun mendapatkan kerja di tempatnya merantau,
Dan sekarang dia hanya memiliki kesempatan pulang sebulan sekali,
mengingat kesibukannya mengajar di akhir pekan.
Ada hal yang spesial di awal Ramadhan tahun ini,
ia meniatkan pulang untuk merasakan indahnya berbuka bersama keluarga tercinta.
bersama adek adeknya tercinta pergi sholat berjamaah di masjid,
menikmati kebersamaan di semarak bulan Ramadhan.
Keasyikannya bercanda dengan keluarga terpaksa harus terhenti,
sang bapak mengabarkan bahwa salah satu warga ngaji sedang sakit di rumah sakit.
Maka sepintas di benak pikiran pemuda itu adalah ingin menjenguknya,
maka saat itu juga ia mengajak adek keduanya untuk bersama sama memjenguk di rumah sakit.
Sebuah kenikmatan yang tak kalah lezatnya adalah saat Allah mudahkan hati ini melangkah,
bersegera dalam amalan kebaikan.
Sampai pada keesokan harinya si pemuda ini pun mendapat pesan dari temannya,
temannya adalah salah seorang ketua Pemuda di kotanya merantau,
tertulis permintaan untuk mengisi Kajian Remaja di salah satu daerah tempatnya merantau,
ada kebimbangan dalam hati si pemuda ini,
di pagi yang sama ibuk tugas piket salah satu kajian umum di kotanya,
bapak belum pulang dari rumah sakit jaga warganya yang sakit,
adeknya juga harus pulang pagi ini karena ada tugas yang harus diselesaikan.
Disaat itulah si pemuda ini benar benar diuji...
di saat yang sama ia harus memutuskan langkah apa yang harus ditempuh
antara mengisi kajian pemuda, kajian umum di kotanya dan mengajar tahsinul qur'an
maka setelah berbicara lembut dengan sang ibuk,
ia memutuskan untuk mencari pengganti pengisi kajian remaja,
karena tidak memungkinkan untuk pulang pagi harinya.
Dan akhirnya si pemuda mengikuti kajian umum dan selepasnya naik bus menuju kotanya merantau,
sesampainya disana, istirahat sejenak, membuat materi tahsin,
dan beberapa saat kemudian berangkat seorang diri memandu tahsin ditemani rintik hujan sore itu,
tetes demi tetes membasahi si pemuda tersebut seakan Allah ingin melepas lelah hambanya.
Subhanallah walhamdulillah wa laailaahaillallah wallahu akbar
Begitulah indahnya dakwah,
Allah mudahkan jalan hambaNya yang tulus niat untuk berjihad fiisabilillah,
selalu ada kesempatan, dan selalu ada jalan keluar
kebaikan demi kebaikan akan senantiasa tercipta
ngaji... ngamal.. dan ngajar...
Jogja, 29 Mei 2017 - AM
No comments:
Post a Comment