Assalamu'alaikum ^_^

Yuk kita perbanyak membaca buku dan mendengarkan kajian, Let's Fastabiqul khoirot !

Sunday, December 10, 2017

Diary #103 - Pertemuan


Bismillah...

Subhanallah wal hamdulillah...
Setelah sekian waktu lamanya diri ini naik turun cangkringan - maguwo, dengan segala kegiatannya yang sampai sekarang tidak ada habisnya, Allah senantiasa membimbing untuk terus mengembangkan dakwah, menyampaikan kebaikan kepada siapa yang membutuhkan dan kepada mereka yang mau meskipun hanya tentang a, ba , ta ... Akhirnya, saat untuk pulangpun tiba, saat saat diri ini mengistirahatkan raga untuk sedikit mengumpulkan tenaga yang esok hari akan digunakan kembali untuk melangkah fiisabilillah.

Waktu itu menjadi hari yang istimewa bagi keluarga kami, karena saya dan adik saya yang nomor dua juga ikut pulang ke Solo, padahal kami tidak merencanakan sebelumnya, alhamdulillah Allah mempertemukan kami semua, lengkap ber enam, bapak Ibuk, saya, Iput, Faqih dan Nurul. Alhamdulillah ^^//

Terlepas dari niatan saya pulang yang akan membahas hajat saya di tahun depan isnyaallah, sejenak keseriusan itu terlupakan saat kami berempat kakak beradik bertemu dan bermain bersama dengan karakter masing masing yang khas. Ada satu kesamaan yang masih melekat pada diri kami berempat, mulai dari yang paling kecil Nurul hingga saya yang sudah tumbuh besar, ya diantara kami tidak ada yang tidak nurut, semuanya taat dan patuh sama Bapak Ibuk, hormat sama yang lebih tua. Yang saya salut adalah sama Nurul dan Faqih, tidak pernah mereka menggunakan barang milik kakak kakaknya tanpa seizin kakaknya. Selalu meminta izin, "mas boleh ya..." atau "mas, saya pinjam laptopnya ya..." dan lain sebagainya, dan ketika permintaan izin mereka tidak diizinkan mereka tidak berontak dan kemudian mencari kesibukan lainnya. subhanallah ^^// Bersyukur memiliki orang tua yang berhasil mendidik putra putrinya menjadi anak yang sholih. Semoga adik adik ku menjadi generasi da'i di bidangnya masing masing. Seorang peneliti yang berdakwah dengan hasil penelitiannya, menjadi seorang kepala dinas perikanan yang berdakwah dengan kebijakannya menolong nelayan, menjadi seorang arsitek yang berdakwah dengan karya rancang bangunannya, menjadi seorang ustadzah yang berdakwah dengan nasehat dan ilmu yang ia sampaikan. Bi idznillah... insyaallah..

Kembali ke topik utama, ya akhirnya...
Akhirnya ada saat saya membicarakan hal yang mungkin kita nantikan bersama. Entah, mungkin kamu juga sedang membicarakannya juga. Saat itu saya dan bapak ibu berdiskusi membahas kelanjutan semua pertemuan yang telah bapak ibuk lakukan. Hasil pertemuan orang tua kita membahas hubungan kita, sampai pada akhirnya muncul pertanyaan, kapan pertemuan kita berdua yang sesungguhnya akan dilaksanakan ?

Benar benar pertanyaan yang membuatku merinding malu bercampur bahagia. Adalah aku bisa membaca begitu yakinnya orang tua kita menjodohkan kita berdua. Awalnya yang ibuk ku mendatangi Ibukmu lalu menyampaikan niatan untuk menjalin ta'aruf langsung disambut dengan senang hati, seakan ada kontak hati yang langsung faham apa maksud dari pesan itu, berlanjut Bapakmu yang langsung menghubungi Bapakku menyampaikan kalau mohon maaf untuk bersabar menunggu. Sebuah jawaban yang menenangkan, bukan sebuah penolakan dan bukan sebuah kepastian, namun nasehat untuk bersabar menjemput bahagia. Sampai saat ini seakan hanya yakin yang melandasi semua pertemuan yang terjalin. benar benar keindahan islam yang terjalin dalam dekapan ukhwah islam di Majlis kita. Sesuatu yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Sama halnya seperti keyakinan yang mempersatukan Bapak Ibukku saat itu, saat saat dimana Bapak mengirimkan foto ke Almarhum Al Ustadz dan disodorkan ke Ibuk saat itu lalu Ibuk menyampaikan biodatanya juga. Tanpa ada pertemuan perkenanlan setelahnya, dan langsung berujung akad nikah. Subnallah...

Namun sejujurnya, diantara keyakinan kita yang tidak diragukan lagi kebaikanya, dan sebelum hari H itu diputuskan, ingin rasanya silaturahmi itu bisa terjalin sebelumnya. Bukanlah hal yang sulit disaat sekarang ini dengan segala kemudahannya kita menjalin sebuah silaturahmi. Memang sedikit banyak aku sudah mengenalmu, pun demikian juga dirimu, namun mungkin itu cerita kita dulu. Bisa jadi sekarang saat kamu telah menyelesaikan studimu dan saat aku sudah bekerja cerita itu akan berbeda, terlebih pandangan kita tentang berkeluarga, juga tentang siapa keluarga kita. Ingin rasanya silaturahmi dan ta'aruf itu dijalin dengan baik, sampai sekarang pun aku belum menerima biodata langsung dari mu, Alhamdulillah waktu beberapa saat setelah namamu diridhoi orang tuaku Allah membimbing bagaimana rasa itu terus tumbuh dengan baik, perlahan lahan wajah sholihahmu pun terbuka dengan cerita semesta rasamu yang sedikit banyak membuatku tertunduk syukur atas segala nikmatNya mempertemukanku dengan mu.

Dengan penuh kerendahan hati keinginanku tersebut kusampaikan ke Bapak Ibuk, dan bapak Ibukpun memahami apa yang ku maksud, dan aku pun menyampaikan bahwa keinginanku itu bisa kita lakukan tentunya atas izin keluargamu, maukah menerimanya... tidak ada yang dipaksakan dalam jalinan silaturahmi kita. Tetaplah ridho orang tua menjadi pijakan pertama aku dalam melangkah, karna itulah pintu ridho Allah kepada kita. Maka insyaallah mungkin hari rabu atau jumat, Ibuk atau Bapak akan menemui orang tuamu untuk menyampaikan niatan untuk bersilaturahmi ke Gemolong, berkunjung ke rumahmu, melepas rindu dan bernostalgia orang tua kita serta sedikit banyak bertaaruf lebih dekat.

Semoga sedikit cerita ini bisa mengurangi debar hati ini menanti hari itu, sejujurny aku malu seribu malu. Namun apapun perasaan itu, apabila itu baik maka segala kekhawatiran haruslah dilawan. Bismillah, melangkah mengharap ridhoNya.

Bersamamu.

Cangkringan, 11 Desember 2017 - AM


No comments:

Post a Comment