Oleh :
Abdul Malik, Hendri Yudha Winanto, Deni Muslifah
Dosen Pembimbing : Nasih Widya Yuwono, S.P., M.P.
Juara 2 Kategori Kreativitas Bina Mayarakat dan Mahasiswa Pertanian dalam Pekan Inovasi Mahasiswa Pertanian Indonesia (PIMPI) 2013 di ITB
Kakao merupakan komoditas
pertanian yang utama dalam perdagangan dan merupakan sumber penerimaan devisa
negara yang cukup penting. Salah satu komoditas perkebunan yang memberikan
sumbangan devisa tersebut adalah kakao setelah komoditas karet dan kelapa
sawit. Disamping itu komoditas ini memberikan kontribusi lapangan kerja bagi para
keluarga petani, belum termasuk sektor industri, sektor pariwisata, sektor jasa
dan sektor-sektor lainnya yang jumlahnya cukup besar.
Desa Tanen,
Hargobinangun, Pakem, Sleman merupakan desa
yang saat ini sedang mengembangkan pertanian kakao. Berlokasi di kawasan lereng
Gunung Merapi yang memiliki kondisi alam yang masih asri dengan suasana
pengunungan sangat terasa, melengkapi indahnya lingkungan Desa Tanen. Terletak
di dataran tinggi, di Jalan Kaliurang km 22 menjadikan Desa Tanen ini cocok
untuk dibudidayakan tanaman kakao yang awalnya para petani banyak membudidayakan
tanaman buah salak. Hal ini dilakukan bertujuan untuk meningkatkan ekonomi
masyarakat petani disamping untuk membantu program pemerintah dalam rangka
menyediakan lapangan pekerjaan bagi warga masyarakat. Untuk selanjutnya masuk dalam tahap
pembahasan masalah jenis usaha, maka
pada bulan juni 2006 sudah dimulai mengkonversi lahan buah salak menjadi
buah kakao dengan mendatangkan benih dari Aceh.
Berdasarkan observasi dan riset yang
telah kami laksanakan terkait pertanian kakao di Desa Tanen kami mendapatkan
hasil bahwa sejak awal dimulainya budidaya tanaman kakao para petani belum
mendapatkan hasil biji kakao yang maksimal selama 7 tahun yang terakhir. Mereka
masih bertahan pada penghasil bahan mentah, belum dapat mengolah, pemeliharaan tanaman seadanya dan produksi kakao yang tidak menentu, hal
inilah yang menyebabkan pertanian kakao kurang maksimal untuk dijalankan. Padahal
melihat banyaknya potensi di lingkungan Desa Tanen dengan adanya peternakan
sapi dan kambing, irigasi yang lancar dan lokasi yang terjangkau dari perkotaan,
Selain itu juga keberadaan kelompok tani yang masih aktif dan terorganisir
dengan baik, berpeluang untuk dioptimalkan melalui pemberdayaan masyarakatnya.
Melalui
konsep “EAT COCOA” (Edu Agro Tourism of COCOA) memungkinkan adanya
perubahan Desa Tanen dari desa yang biasa menjadi desa wisata pendidikan
pertanian dengan komoditas unggulan kakao yang menyuguhkan berbagai hal yang
menarik terkait komoditas kakao dan beberapa komiditas flora flori di
Indonesia. Mulai dari teknik budidaya hingga pasca panen. Hal yang menarik dari
konsep EAT COCOA (Edu Agro Tourism of
COCOA) ini adalah para pengunjung yang berlibur di Desa Tanen dapat
menikmati indahnya suasana pedesaan dan pemandangan di lereng Gunung Merapi
dengan menikmati produk-produk olahan asli hasil pertanian terutama hasil
pertanian kakao dengan didukung banyak fasilitas yang akan disediakan, misalnya
Villa, Taman, Outbond area. Disamping itu pengunjung juga dapat berkunjung
ke Museum Gunung Merapi yang tidak jauh dari lokasi.
Diantara
program yang akan dijalankan didalam konsep EAT COCOA (Edu Agro Tourism of
COCOA) adalah budidaya tanaman kakao
organik, pengolahan limbah kakao sebagai pupuk kompos, pengolahan hasil
pertanian kakao seperti pembuatan nata de cocoa, pengolahan fermentasi biji
kakao, penerapan teknik perangkap lalat buah, budidaya flora dan floriculture,
AFIF (Agri Fish Integrated Farming), dan
penanaman secara verticulture, aquaponic dan hydroponica. Implementasi
EAT COCOA (Edu Agro Tourism of COCOA) tersebut diharapkan mampu
mengoptimalkan proses pemberdayaan masyarakat petani kakao yang terdapat di
kawasan lereng Gunung Merapi dengan menjadikan Desa Tanen sebagai Desa Wisata
Pendidikan Pertanian Organik, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan petani
kakao dan masyarakat sekitar Desa tanen serta juga dapat menjadi tempat wisata alam
alternatif yang edukatif dan menarik untuk dikunjungi.
Dokumentasi :
Dokumentasi :
No comments:
Post a Comment