Assalamu'alaikum ^_^

Yuk kita perbanyak membaca buku dan mendengarkan kajian, Let's Fastabiqul khoirot !

Monday, January 6, 2014

Hikmah #1 - Menjaga Pandangan Mata



Oleh : Ustadz Abu Al-Jauzaa'

Dasar hukum menjaga pandangan mata (menundukkan pandangan - ghadlul-bashar) adalah firman Allah ta’ala : 



قُلْ لّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضّواْ مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُواْ فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَىَ لَهُمْ إِنّ اللّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ 

وَقُل لّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنّ 



“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Mahamengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya…. (QS. An-Nuur : 30-31). 


Menundukkan pandangan adalah menjaga diri kita terhadap pandangan-pandangan yang diharamkan, terutama dalam konteks pandangan terhadap lain jenis yang bukan mahram. Syaikh Abdulaziz bin Baz rahimahullah, mantan mufti Arab Saudi, mengatakan bahwa menundukkan pandangan ini mencakup semua semua jenis klasifikasi; baik wanita telanjang, setengah telanjang, atau berhijab yang tampak padanya kedua mukanya. Bahkan, kita diperintahkan untuk segera memalingkan wajah kita terhadap pandangan-pandangan yang tidak sengaja. Seperti dalam hadits Rasulullah صلى الله عليه وسلم ketika ditanya shahabat Jabir bin Abdillah radliyallaahu 'anhu tentang melihat (wanita) tanpa sengaja. Beliau menjawab : 

قال اصرف بصرك عنهن 

“Palingkan pandanganmu dari mereka (kaum wanita)" (Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahih-nya 2159, atau dalam Mukhtashar-nya 1426). 


Ada lagi hadits menarik lain yang berkaitan dengan hal ini. Diriwayatkan oleh Bukhari (III/295 dan XI/8), Muslim (IV/101), dan lain-lain dari ahli hadits, bahwa ada seorang wanita dari Khats’am meminta fatwa kepada Nabi pada waktu haji Wada’ (di hari Nahar), sedangkan Al-Fadlal bin ‘Abbas berada di belakang Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Ia (Al-Fadlal) adalah seorang laki-laki yang cerdas…; lalu Nabi صلى الله عليه وسلم pun berhenti dihadapan orang-orang untuk menyampaikan fatwa kepada mereka. Dalam hadits ini disebutkan bahwa Al-Fadlal radliyallaahu 'anhu menoleh kepada wanita tersebut yang ternyata ia adalah wanita cantik (dalam riwayat lain : seorang wanita yang bersih). Akhirnya Rasulullah صلى الله عليه وسلم memegang dagu Al-Fadlal radliyallaahu 'anhu dan memalingkan wajahnya ke arah lain.

Dalam riwayat Ali bin Abi Thalib radliyallaahu 'anhu terdapat tambahan lafadh : 

فقال له عباس : يا رسول الله لم وليت عنق ابن عمك. قال : رأيت شابا فلم أمن الشيطان عليها 

“Kemudian Al-Abbas bertanya kepada Nabi : Ya Rasulullah, mengapa engkau palingkan leher anak pamanmu? Beliau menjawab : Karena aku melihat seorang pemuda dan pemudi yang aku tidak dapat mengamankan keduanya dari syaithan” 

Ya benar,...….. pandangan merupakan salah satu panah iblis sebagaimana hadits Al-Musthafa :

“Pandangan adalah satu anak diantara anak panah-anak panah iblis” 

Dikatakan dalam sebuah syair bahasa Arab (yang artinya) : 
Setiap kejadian bermula dari pandangan mata 
kehidupan di neraka bermula dari kejahatan yang hina 
berapa banyak pandangan yang menghunjam ke hati 
laksana hunjaman anak panah tanpa busur bertali 

Seorang ulama rabbani, Ibnul-Qayyim , pernah berkata kepada orang yang berpaling dari ajaran agama : “Pandangan matamu masih engkau umbar, mengikuti jejak siapapun yang lewat. Engkau mengira hal itu bisa mengobati lukamu, padahal itu justru membuka luka lama. Engkau membunuh lirikan matamu hanya beberapa saat, padahal hatimulah yang engkau bunuh”. 

Hendaklah kita tetap menjaga pandangan mata kita dengan menundukkan pandangan kita. Hadits Al-Fadlal radliyallaahu 'anhu di atas terjadi pada saat haji wada’ yang berarti telah turun ayat diwajibkannya berhijab (yang berarti wanita tersebut sudah mengenakan hijab syar’i) dimana Rasulullah صلى الله عليه وسلمmemalingkan wajah Al-Fadlal radliyallaahu 'anhu. Lalu bagaimanakah keadaannya hari ini? Hari-hari yang penuh cobaan dan fitnah. Hari-hari yang lebih banyak wanita yang tidak berhijab daripada yang berhijab; dan hari-hari yang maksiat memenuhi setiap ruang anak Adam kecuali yang Allah kehendaki untuk membersihkannya. 

Dapatkah kita menghitung kesalahan dan dosa kita akibat lalai terhadap nikmat mata yang diberikan Allah ? Bukanlah tiap helai rambut wanita itu adalah aurat (yang seharusnya tertutup – belum lagi lainnya yang lebih ditekankan untuk tertutupi)? Lalu bagaimanakah jadinya apabila itu sudah menjadi hal yang ‘biasa’ kita lihat? Kadang keadaan memaksa kita (dlarurah) yang kita tidak mungkin untuk menghindarinya. Tapi kadang pula kita membuat-buat alasan untuk menganggapnya sebagai dlarurah. Sungguh Allah Mahatahu apa yang nampak dan apa yang disembunyikan di dalam hati. Lalu bagaimana pula dengan orang yang terang-terangan dan malah keasyikan mengumbar pandangannya kepada sesuatu yang diharamkan Allah ? Mungkin syetan membisiki hati kita bahwa itu adalah hanyalah dosa kecil saja. Tapi bukankah Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah bersabda :………… Dosa-dosa kecil besar akan membawa kita kepada dosa besar. Bukankah gunung itu terdiri dari kerikil-kerikil? Maka janganlah kita meremehkannya…. 

Jangan pula kita tertipu dari sebagaian orang jahil yang membawakan riwayat-riwayat dusta yang dinisbatkan kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم diantaranya : 

النظر إلى وجه المرأة الحسناء والخضرة يزيد أن في البصر 

“Memandang wajah wanita cantik dan sesuatu yang hijau bisa menambah kesegaran pada mata” (HR. Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah. Hadits ini palsu. Abu Nu’aim berkata,”Ibrahim yang ada dalam sanad hadits ini tidak aku jumpai riwayat hidupnya. Begitu juga Ahmad bin Al-Husain”. Periksa Silsilah Al-Ahaadits Adl-Dla’iifah 2:32) 

النظر إلى الوجه الحسن يبلوا البصر والنظر إلى الوجه القبيح يورث الكلح 

“Memandang wajah yang cantik itu menerangkan mata. Memandang muka yang buruk itu menyebabkan muram” (Hadits palsu, dikeluarkan oleh Al-Khathib Al-Baghdadi 3/226 dari jalan Al-Hasan bin Ali bin Zakariyya Al-Bashri. Tentang Al-Hasan ini, Ibnu ‘Adi berkata : “Kebanyakan hadits yang diriwayatkannya adalah palsu kecuali sedikit; dan kami menuduhnya, bahkan kami yakin bahwa dialah yang memalsaukannya”. Periksa Silsilah Al-Ahaadits Adl-Dla’iifah 2:31-32.) 

ثلاث يزدن في قوة البصر : النظر إلى الخضرة وإلى الماء الجارى وإلى الوجه الحسن 

“Ada tiga perkara yang menambah kekuatan mata, yaitu : memandang warna hijau, air mengalir, dan wajah yang cantik” 


Wallaahu a'lam 

Sumber : myqyuran.org
 

No comments:

Post a Comment