Dasar hukum menjaga
pandangan mata (menundukkan pandangan - ghadlul-bashar) adalah firman Allah
ta’ala :
ŁُŁْ ŁّŁْŁ
ُŲ¤ْŁ
ِŁِŁŁَ ŁَŲŗُŲ¶ّŁŲ§ْ Ł
ِŁْ Ų£َŲØْŲµَŲ§Ų±ِŁِŁ
ْ ŁَŁَŲْŁَŲøُŁŲ§ْ ŁُŲ±ُŁŲ¬َŁُŁ
ْ
Ų°َŁِŁَ Ų£َŲ²ْŁَŁَ ŁَŁُŁ
ْ Ų„ِŁّ Ų§ŁŁّŁَ Ų®َŲØِŁŲ±ٌ ŲØِŁ
َŲ§ ŁَŲµْŁَŲ¹ُŁŁَ
ŁَŁُŁ ŁّŁْŁ
ُŲ¤ْŁ
ِŁَŲ§ŲŖِ ŁَŲŗْŲ¶ُŲ¶ْŁَ Ł
ِŁْ Ų£َŲØْŲµَŲ§Ų±ِŁِŁّ ŁَŁَŲْŁَŲøْŁَ ŁُŲ±ُŁŲ¬َŁُŁّ
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman : Hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci
bagi mereka, sesungguhnya Allah Mahamengetahui apa yang mereka perbuat.
Katakanlah kepada wanita yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandangannya
dan memelihara kemaluannya…. (QS. An-Nuur : 30-31).
Menundukkan pandangan adalah menjaga diri kita terhadap
pandangan-pandangan yang diharamkan, terutama dalam konteks pandangan terhadap
lain jenis yang bukan mahram. Syaikh Abdulaziz bin Baz rahimahullah, mantan
mufti Arab Saudi, mengatakan bahwa menundukkan pandangan ini mencakup semua
semua jenis klasifikasi; baik wanita telanjang, setengah telanjang, atau
berhijab yang tampak padanya kedua mukanya. Bahkan, kita diperintahkan untuk
segera memalingkan wajah kita terhadap pandangan-pandangan yang tidak sengaja.
Seperti dalam hadits Rasulullah ŲµŁŁ Ų§ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁ ŁŲ³ŁŁ
ketika ditanya shahabat
Jabir bin Abdillah radliyallaahu 'anhu tentang melihat (wanita) tanpa sengaja.
Beliau menjawab :
ŁŲ§Ł Ų§ŲµŲ±Ł ŲØŲµŲ±Ł Ų¹ŁŁŁ
“Palingkan pandanganmu dari mereka (kaum wanita)" (Dikeluarkan oleh Muslim
dalam Shahih-nya 2159, atau dalam Mukhtashar-nya 1426).
Ada lagi hadits menarik lain yang berkaitan dengan hal ini. Diriwayatkan oleh
Bukhari (III/295 dan XI/8), Muslim (IV/101), dan lain-lain dari ahli hadits,
bahwa ada seorang wanita dari Khats’am meminta fatwa kepada Nabi pada waktu
haji Wada’ (di hari Nahar), sedangkan Al-Fadlal bin ‘Abbas berada
di belakang Rasulullah ŲµŁŁ Ų§ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁ ŁŲ³ŁŁ
. Ia (Al-Fadlal) adalah seorang
laki-laki yang cerdas…; lalu Nabi ŲµŁŁ Ų§ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁ ŁŲ³ŁŁ
pun berhenti dihadapan
orang-orang untuk menyampaikan fatwa kepada mereka. Dalam hadits ini disebutkan
bahwa Al-Fadlal radliyallaahu 'anhu menoleh kepada wanita tersebut yang
ternyata ia adalah wanita cantik (dalam riwayat lain : seorang wanita yang
bersih). Akhirnya Rasulullah ŲµŁŁ Ų§ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁ ŁŲ³ŁŁ
memegang dagu Al-Fadlal
radliyallaahu 'anhu dan memalingkan wajahnya ke arah lain.
Dalam riwayat Ali
bin Abi Thalib radliyallaahu 'anhu terdapat tambahan lafadh :
ŁŁŲ§Ł ŁŁ Ų¹ŲØŲ§Ų³ : ŁŲ§ Ų±Ų³ŁŁ Ų§ŁŁŁ ŁŁ
ŁŁŁŲŖ Ų¹ŁŁ Ų§ŲØŁ Ų¹Ł
Ł. ŁŲ§Ł : Ų±Ų£ŁŲŖ Ų“Ų§ŲØŲ§ ŁŁŁ
Ų£Ł
Ł
Ų§ŁŲ“ŁŲ·Ų§Ł Ų¹ŁŁŁŲ§
“Kemudian Al-Abbas bertanya kepada Nabi : Ya Rasulullah, mengapa engkau
palingkan leher anak pamanmu? Beliau menjawab : Karena aku melihat seorang
pemuda dan pemudi yang aku tidak dapat mengamankan keduanya dari syaithan”
Ya benar,...….. pandangan merupakan salah satu panah iblis sebagaimana hadits
Al-Musthafa :
“Pandangan adalah satu anak diantara anak panah-anak panah iblis”
Dikatakan dalam sebuah syair bahasa Arab (yang artinya) :
Setiap kejadian bermula dari pandangan mata
kehidupan di neraka bermula dari kejahatan yang hina
berapa banyak pandangan yang menghunjam ke hati
laksana hunjaman anak panah tanpa busur bertali
Seorang ulama rabbani, Ibnul-Qayyim , pernah berkata kepada orang yang
berpaling dari ajaran agama : “Pandangan matamu masih engkau umbar, mengikuti
jejak siapapun yang lewat. Engkau mengira hal itu bisa mengobati lukamu,
padahal itu justru membuka luka lama. Engkau membunuh lirikan matamu hanya
beberapa saat, padahal hatimulah yang engkau bunuh”.
Hendaklah kita tetap menjaga pandangan mata kita dengan menundukkan pandangan
kita. Hadits Al-Fadlal radliyallaahu 'anhu di atas terjadi pada saat haji wada’
yang berarti telah turun ayat diwajibkannya berhijab (yang berarti wanita
tersebut sudah mengenakan hijab syar’i) dimana Rasulullah ŲµŁŁ Ų§ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁ
ŁŲ³ŁŁ
memalingkan wajah Al-Fadlal radliyallaahu 'anhu. Lalu bagaimanakah
keadaannya hari ini? Hari-hari yang penuh cobaan dan fitnah. Hari-hari yang
lebih banyak wanita yang tidak berhijab daripada yang berhijab; dan hari-hari yang
maksiat memenuhi setiap ruang anak Adam kecuali yang Allah kehendaki untuk
membersihkannya.
Dapatkah kita menghitung kesalahan dan dosa kita akibat lalai terhadap nikmat
mata yang diberikan Allah ? Bukanlah tiap helai rambut wanita itu adalah
aurat (yang seharusnya tertutup – belum lagi lainnya yang lebih ditekankan
untuk tertutupi)? Lalu bagaimanakah jadinya apabila itu sudah menjadi hal yang
‘biasa’ kita lihat? Kadang keadaan memaksa kita (dlarurah) yang kita tidak
mungkin untuk menghindarinya. Tapi kadang pula kita membuat-buat alasan untuk
menganggapnya sebagai dlarurah. Sungguh Allah Mahatahu apa yang nampak dan apa
yang disembunyikan di dalam hati. Lalu bagaimana pula dengan orang yang
terang-terangan dan malah keasyikan mengumbar pandangannya kepada sesuatu yang
diharamkan Allah ? Mungkin syetan membisiki hati kita bahwa itu adalah
hanyalah dosa kecil saja. Tapi bukankah Rasulullah ŲµŁŁ Ų§ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁ ŁŲ³ŁŁ
telah
bersabda :………… Dosa-dosa kecil besar akan membawa kita kepada dosa besar. Bukankah
gunung itu terdiri dari kerikil-kerikil? Maka janganlah kita meremehkannya….
Jangan pula kita tertipu dari sebagaian orang jahil yang membawakan
riwayat-riwayat dusta yang dinisbatkan kepada Rasulullah ŲµŁŁ Ų§ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁ ŁŲ³ŁŁ
diantaranya :
Ų§ŁŁŲøŲ± Ų„ŁŁ ŁŲ¬Ł Ų§ŁŁ
Ų±Ų£Ų© Ų§ŁŲŲ³ŁŲ§Ų” ŁŲ§ŁŲ®Ų¶Ų±Ų© ŁŲ²ŁŲÆ Ų£Ł ŁŁ Ų§ŁŲØŲµŲ±
“Memandang wajah wanita cantik dan sesuatu yang hijau bisa menambah kesegaran
pada mata” (HR. Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah. Hadits ini palsu. Abu Nu’aim
berkata,”Ibrahim yang ada dalam sanad hadits ini tidak aku jumpai riwayat
hidupnya. Begitu juga Ahmad bin Al-Husain”. Periksa Silsilah Al-Ahaadits
Adl-Dla’iifah 2:32)
Ų§ŁŁŲøŲ± Ų„ŁŁ Ų§ŁŁŲ¬Ł Ų§ŁŲŲ³Ł ŁŲØŁŁŲ§ Ų§ŁŲØŲµŲ± ŁŲ§ŁŁŲøŲ± Ų„ŁŁ Ų§ŁŁŲ¬Ł Ų§ŁŁŲØŁŲ ŁŁŲ±Ų« Ų§ŁŁŁŲ
“Memandang wajah yang cantik itu menerangkan mata. Memandang muka yang buruk itu
menyebabkan muram” (Hadits palsu, dikeluarkan oleh Al-Khathib Al-Baghdadi 3/226
dari jalan Al-Hasan bin Ali bin Zakariyya Al-Bashri. Tentang Al-Hasan ini, Ibnu
‘Adi berkata : “Kebanyakan hadits yang diriwayatkannya adalah palsu kecuali
sedikit; dan kami menuduhnya, bahkan kami yakin bahwa dialah yang
memalsaukannya”. Periksa Silsilah Al-Ahaadits Adl-Dla’iifah 2:31-32.)
Ų«ŁŲ§Ų« ŁŲ²ŲÆŁ ŁŁ ŁŁŲ© Ų§ŁŲØŲµŲ± : Ų§ŁŁŲøŲ± Ų„ŁŁ Ų§ŁŲ®Ų¶Ų±Ų© ŁŲ„ŁŁ Ų§ŁŁ
Ų§Ų” Ų§ŁŲ¬Ų§Ų±Ł ŁŲ„ŁŁ Ų§ŁŁŲ¬Ł Ų§ŁŲŲ³Ł
“Ada tiga perkara yang menambah kekuatan mata, yaitu : memandang warna hijau,
air mengalir, dan wajah yang cantik”
Wallaahu a'lam
Sumber : myqyuran.org
No comments:
Post a Comment